Gunung Bohong, merupakan sebuah bukit yang terletak di kota Cimahi dan menjadi objek untuk melihat kota Bandung, Kota Cimahi dan sekitarnya. Banyak sekali para pemula pendaki (siswa-siswi SD) mencoba menjajaki bukit ini. Disebut Gunung Bohong, karena bukit itu membentuk seperti gunung pada umumnya, tetapi berukuran kecil. Sehingga penduduk sekitar menyebutnya Gunung Bohong. Di Gunung Bohong ini dahulu banyak ditumbuhi pohon Malaka. Kini, di kawasan Gunung Bohong ini dijadikan Lapangan Tembak berstandar internasional oleh Kodam III/Siliwangi.
Sempat muncul wacana bahwa Gunung Bohong akan dipangkas sehubungan dengan akan diperluasnya Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara. Hal tersebut diperlukan karena Gunung Bohong berada di kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) landasan bandara tersebut. Kini proyek pembangunan terowongan Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC), menguak kembali nama Gunung Bohong yang cukup melegenda di daerah Cimahi ini. Pada 2016 pekerja proyek KCIC hanya melakukan sosialisasi pengeboran, namun kini pengeboman dilakukan untuk membuat terowongan bagi jalur kereta cepat tersebut. Hal tersebut telah berdampak pada kehidupan dan membuat resah warga setempat.
Ratusan rumah warga Kompleks Tipar Silih Asih, RT 04/13, Desa Laksana Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) retak‑retak akibat pengeboman pada proyek pembangunan terowongan Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) di Gunung Bohong. Rumah warga yang retak‑tetak itu kebanyakan bagian dindingnya. Bahkan ada dinding rumah warga yang nyaris ambruk akibat keretakannya terus membesar. Selama dua pekan ini pengeboman di proyek tersebut sudah terjadi sebanyak delapan kali dan dentumannya terdengar jelas, bahkan barang‑barang di rumahnya pun sampai bergetar.
Saat pertama kali mendengar dentuman itu, warga merasa kaget karena suaranya terdengar keras, terlebih dentumannya kerap terdengar dua kali dalam satu hari. Sesuai kesepakatan dengan warga lainnya, jika proyek tetap dilanjutkan tanpa mengindahkan keselamatan jiwa, ia dan warga lainnya minta agar direlokasi. Di wilayah itu terdapat 120 keluarga dan 500 jiwa, namun hampir semuanya rumah warga itu mengalami keretakan sehingga resah. Aktivitas pengeboman itu dilakukan tanpa sosialisasi dulu ke warga setempat dan dilakukan tanpa memikirkan keselamatan warga sekitar karena aktivitasnya dilakukan tanpa ada kajian serta tidak memiliki izin analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).
Warga meminta direlokasi jika aktivitas pengeboman Gunung Bohong untuk membuat lobang inlet tunnel 11 atau terowongan Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) tetap dilanjutkan. Mereka khawatir mengalami kejadian hujan batu seperti yang terjadi di Purwakarta, terlebih tanah Gunung Bohong itu labil rawan longsor dan rawan terjadi pergerakan tanah. Relokasi itu merupakan solusi satu-satunya agar warga selamat jika pembangunan terowongan itu semakin dekat dengan pemukiman warga. Kontur Gunung Bohong yang posisinya berada tepat di atas perumahan warga itu sama seperti perbukitan yang ada di Plered, Purwakarta, sehingga kejadian hujan batu dikhawatirkan terulang di wilayahnya.